Hello friends! Hahaaku mau curhat ah. Sesiangan tadi (kemarin ding. Udah pagi nih!) rasanya hidupku hampa banget. Maklum, mahasiswa libur kelamaan ya kayak gini haha. Kerjaan di rumah cuma ngandang di kamar, memperkosa si lepi (laptopku) ditemeni si biber (boneka beruang dari pacarku. Warnanya biru cerah dan gedhe banget, makanya ku kasih nama bi-ber a.k.a Blue BEAR haha).
Dan keajaiban itu pun muncul (atau kesialan kali ya?). Mbak Veronica, bos cantikku yang mukanya oriental China gimana itu telpon dan terjadilah transaksi itu.
"Happy kamu entar ke kantor yah. Beliin kita kwetiau. Udah jam makan siang nih."
"Wah tapi aku masih di rumah mbak."
"Yaudah sekarang aja berangkat gih. Sama sekalian beliin spidol sama kapur sekotak, tinta printer, terus sama kertas se-rim. Udah abis nih. Pake uangmu dulu, besok pas gajian sekalian aku ganti. Blabla..."
APA?? Batinku kesal. Dan dengan emosi memuncak ku maki dia blablabla pula.
Haha enggak ding becanda wkwk gila aja aku dijadiin pembokat gitu haha.
Pembicaraan tiga menit sebelas detik itu membahas tawar menawar bujuk membujuk agar aku mau ngeles ke kantor, anak 1 SD katanya [benci deh sama yang namanya dadakan. Apalagi jarak rumah-kantor jauh amat giilak]. Buset dah alamat jadi baby sister nih, batinku. Tapi karena tanda tanganku sudah terlanjur menodai surat kontrak darinya terpaksa sore ini aku ke kantor.
Dan sampai di sana. Surprise!!! Ternyata bukan anak 1 SD calon muridku itu (syukurlah), tapi masih kelas TK-B (OUEMJI yang bener aja dong!). Anaknya item manis imut-imut. Dan tinggi badannya. Ya ampuuuuuuuuuun. Nggak nyampe separo tinggiku. Hahaduh. Yang pertama kali aku pikirin adalah : mau belajar apaan ini???
Kami - aku dan si anak digiring ke satu ruangan. Di sana kami lesehan, dia lepas sepatu sendalnya malu-malu, dan duduk dengan malu-malu pula. Dilepasnya tas ranselnya, diusapnya peluh yang membasahi dahinya. "Mbaknya cantik deh," dan terucaplah kalimat itu - lahir dari otakku yang belum waras karena syok. Hahaha ngayal aja Hep.
Dan akhirnya kami belajar penjumlahan, pengurangan, dan latihan membaca dan menulis. Saat ku perintahkan dia menulis nama lengkapnya memenuhi halaman buku - masih inget jaman TK dong - mulutku menganga lebar. Why why wat heppen?? Nama tu anak keren gila bo' . Baca : MARCO MELANDRI. Eh salah, ulang deh. Baca: MELCO MELANDRI. Dan meluncurlah pertanyaan nggak mutu itu "Papamu pembalap asal Italia itu ya dek? Yang nomer motornya 33 itu?" Dan dia cuma tersenyum malu, manis sekali. Hahaha. Ini maminya ngidam apa sampai namanya gahar gini. Semoga besok kamu jadi pembalap beneran nak, aku doain. Dan prestasinya di umur masih TK ini memang sangat membanggakan! Dia selalu juara satu dalam setiap perlombaan balap : balap kelereng, balap teklek, balap karung, dan balap makan krupuk.
Pelajaran berjalan menyenangkan, anaknya nggak bodo (nggak pinter juga, nggak ya?). Dan di setiap menitnya, senyum dari bibirnya itu makin manis saja. Gimana enggak, tiap detik dia keluarin permen kenyal yupi dari tasnya, dan dilahapnya nikmat (aku kan pengeen awawaw :3). Mulai dari yang bentuk buah-buahan, bentuk pizza, bentuk burger, ular, kodok, kuda, bekicot; alahmak punya toko permen apa gimana ni anak.
Satu setengah jam berlalu dan selesai sudah. Yess! Tapi dasar mbak bos yang kebanyakan kerjaan (atau kurang kerjaan), lagi-lagi aku dikasih tugas mendadak. Ngajar bahasa jawa 1 SMP. "Anaknya cerewet lho dek, kamu jangan ladenin." Dan dengan muka pias aku hanya bisa meng-iya-kan. Kali ini aku ke rumah si anak, nggak di kantor.
Anak ini lain lagi. Sekolah di Stell* D*ce 1. Felyscia. Begitulah namanya. Atau Felysia? Felicia? Felisia? Masa bodo gimana penulisannya, tapi anak ini cantik banget. Anak blasteran China Jawa itu warna kulitnya putih langsat, senyumnya manis, sikapnya ramah (kelewat cerewet) didukung dengan rambut panjang lurus hasil smoothing-an yang dihiasi bando pita pink itu. Apalagi dia lagi make kaos putih lucu dan hotpans biru. Cantiknya. Tapi sumpah ini anak kelewat cerewet dan ikut campur. Selama pelajaran banyak curhat, tanya ini itu. Misal:
"Mbak aku tadi di sekolah UTSnya bisa. Tadi aku jejer kakak kelas, nah dia pinjem soalku dan tau-tau dijawabin deh sama dia. Katanya, tiap tahun selalu begitu di sekolahku, kakak kelas bantu adek-adeknya. Sekolahku baik yah." Aku : Ealaah, ternyata ujian begini-begini toh. Gimana mau cerdas murid-muridnya.
"Mbak kita ngobrolnya jangan keras-keras yah, soalnya nenek lagi ngorok (kui simbahmu nduk eliing. Neneknya tidur dibilang ngorok dasar bocah sableng). Entar kalo nenek bangun pasti bilang gini, Felys kalo les itu yang serius jangan ngobrol biar paham. Gitu mbak, makanya jangan keras-keras." Aku hanya mengangguk. Aku : Dari tadi suaramu itu banter banget adek haduh.
"Mbak motornya merk itu toh?" katanya saat melihat aku datang. Aku : Udah keliatan masih aja nanya.
"Mbak jam berapa?" Ku keluarkan handphone karena tak memakai arloji saat itu. "Weh hapenya bagus mbak, beli di mana harganya berapa blablabla? Aku mau beli ah!" Aku : Minta sama nenekmu sono.
"Iih mbak bajunya lucu deh. Aku hari sabtu kan seragamnya bebas mbak. Peraturan dari sekolah tuh bebas, berkerah, ada kancingnya. Temen-temenku pada make kotak-kotak kayak punya mbak ini. Beli di mana mbak?" Aku : Kenapa nggak tanya temenmu aja.
Kami belajar aksara jawa (ni anak belum hafal, padahal muridku yang kelas 5 SD aja udah apal di luar kepala), dan dia dijelasin mala ngajak ngobrol. Dan akhirnya satu setengah jam yang menyiksa itu berakhir sudah. Mamanya yang pulang kerja sudah datang menjemput. Dia anak orang sibuk, makanya tiap pulang sekolah diungsiin di rumah neneknya dan baru dijemput malemnya. Soalnya kalo siang di rumah nggak ada orang.
"Felys ayo cepaaatttt!!" teriak si mama dari luar pagar. Buset dah. Aku pun keluar dan tersenyum pada mamanya. Keliatan banget sih gaya wanita karirnya. Pake kemeja putih dilapisi blazer hitam, celana kain. Masih nangkring di atas motor be*t-nya dengan mesin tetap menyala. "Mbaknya kuliah di mana, ambil apa? Tadi Felys udah minta nomer hapenya kan, buat hubungin kalau mau les lagi? Blablabla..." tanyanya - sembari menunggu anaknya berkemas - masih di luar pagar, kuimbangi dengan jawaban seadanya. Ku ambil sepeda motorku dan ku tuntun keluar pagar, sebelum akhirnya kunyalakan. "Eh mbak, itu motornya va*io ya?" tanyanya. Dahiku mengerut, aneh. Sebelum mulutnya kembali terbuka, dengan segera aku berkata. "Permisi tante," dibarengi senyum termanisku. Aku : Buah kedondong jatuh emang nggak pernah jauh dari pohonnya yah.
Jumat, 23 September 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
2 komentar:
haiiii juga... hahaha.. ^_^
@Ifan Notes bahaha -__-
Posting Komentar
Kolom coret-coret ^_^