Kamis, 09 Februari 2012

Bapak Tua Penjual Kursi

Diposting oleh Happy di 22.27 2 komentar
Hari ini, sungguh aku ingin berterimakasih. Kepada bapak tua, penjual kursi dari anyaman bambu. Yang sepertinya dibuatnya sendiri, dan dia jajakan dengan sepeda tuanya.
---


Malam ini, seperti biasa aku berangkat mengajar les ke salah satu murid yang berumah di Dongkelan. Pojokan perempatan ringroad jalan Bantul sana. Seperti biasa, satu setengah jam kami lalui dengan belajar, sambil sesekali ngobrol dan bercanda.

Sepuluh menit perjalanan pulangku, aku ditemani dengan gelapnya langit malam yang tak berbintang. Hanya tampak iringan awan putih di langit utara Jogjakartaku, dan bulan tampak melingkar sempurna di timur sana seolah menatapku mengantarku pulang. Sayang, cahayanya yang tak begitu terang terhalang oleh kabut awan malam. Malam sedang angkuh menampakkan sisi misteriusnya.

Menyusuri ringroad selatan ke arah timur, motor melaju dengan kecepatan sedang, sambil menikmati segarnya angin malam. Sejuk. Maklum, Jogjakarta beberapa hari ini mulai terasa panas menyengat setelah sebelumnya menyibukkan diri dengan hujan derasnya.

Pukul setengah sembilan, jalanan mulai agak sepi, tak lalu lalang lagi seperti saat aku berangkat tadi. Tak berapa lama, kulihat seorang bapak tua pejual kursi, mengayuh sepedanya perlahan, sambil membawa kursi dari anyaman bambu di sedel belakangnya. Entah kenapa ada perasaan lain yang menyentuh hatiku tiba-tiba.

Bapak tua ini dengan gigihnya menjajakan hasil kerja kerasnya, bersepeda membawa benda besar berat di sedel belakangnya keliling Jogja, dan sampai malam belum laku habis terjual. Semua dilakukannya tiada lain untuk menghidupi keluarga. Terbayang cucur keringatnya di siang yang menyengat tadi, rasa dinginnya angin Jogja malam ini, semua tak dipedulikannya.

Dan jauh dalam hatiku, tiba-tiba terbersit perasaan bersalah, menyesal, sedikit rasa benci pada diriku sendiri. Sehari ini bahkan aku belum bersyukur atas nikmat Tuhanku, titipan nafasNya sampai detik ini. Tiba-tiba teringat, saat aku dengan santainya beli ini itu benda yang dimau, tanpa berpikir dua kali apakah ini berguna bagiku, atau sekedar memenuhi inginku. Ini uang dari hasil kerjaku sendiri, dalihku. Sedangkan si bapak tua, seharian berjibaku dengan debu jalanan Jogja demi dapatkan rupiah tuk keluarga, setiap hari. Bagaimana jika seandainya bapak tua itu adalah ayahku?

Ya Allah, alhamdulillah tuk nikmatmu sampai detik ini. Terimakasih, untuk sepuluh menit yang sederhana di eloknya malam Jogja yang sarat akan makna ini. Mengingatkanku tuk selalu bersyukur padaMu.

Alhamdulillah :)
 

H A P P Y Copyright © 2011 Design by Ipietoon Blogger Template and web hosting Graphic from Enakei